Kemampuan Literasi Siswa Indonesia
Kemampuan literasi siswa Indonesia menjadi isu penting dalam dunia pendidikan dari tahun ke tahun. Saat ini, kemampuan literasi tak cukup hanya dimaknai dengan kegiatan dasar seperti Calistung (membaca, menulis, dan berhitung). Lebih daripada itu, pemahaman tentang literasi sudah jauh berubah.
![]() |
Sumber: Pixels.com |
Berdasarkan panduan gerakan literasi sekolah (kemdikbud), kemampuan literasi kini mencakup kemampuan baca-tulis, numerasi, sains, digital, dan budaya. Dengan demikian, literasi bukan hanya "bisa membaca atau tidak", tapi juga termasuk pemahaman dan kemampuan analisis informasi.
Hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 menunjukkan bahwa kemampuan literasi siswa Indonesia menduduki posisi 10 terbawah dari 79 negara yang berpartisipasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan literasi siswa Indonesia masih sangat kurang.
Mengapa Siswa Indonesia Kurang Ter-Literasi?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemampuan literasi siswa Indonesia masih rendah. Diantaranya adalah banyak siswa belum memiliki minat baca; oknum guru yang tak pandai mengajar; dan terbatasnya sumber daya pendidikan. Selain itu, faktor lain yang tidak kalah berpengaruh adalah adanya pengaruh dari media sosial.
Saat ini, media sosial menjadi pusat dimana informasi mengalir dengan begitu deras. Tiap menitnya, akan selalu ada informasi baru yang masuk dan menyebar dalam bentuk konten. Sehingga, pengguna media sosial selalu disuguhkan dengan ribuan konten baru tiap harinya.
Sumber: unsplash.com (dole777) |
Fenomena tersebut jelas sangat berpengaruh pada hampir tiap lapisan masyarakat, termasuk pelajar. Dampak buruknya adalah penurunan fokus dan penumpulan daya pikir. Otak orang yang mengonsumsi konten secara berlebihan akan terbiasa untuk mencari dopamin instan. Sehingga kegiatan seperti belajar dan membaca akan terasa sangat membosankan (melelahkan).
Selain media sosial, masih terdapat banyak penyebab lain misal: budaya keluarga. Di Indonesia, budaya baca belum banyak berkembang di lingkungan keluarga. Sehingga tidak mengherankan jikalau banyak siswa tidak terbiasa dengan membaca. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk melihat kegiatan ini sebagai sesuatu yang menyenangkan.
Peran Orang Tua, Masyarakat, dan Sekolah
Permasalahan literasi bangsa ini bukan hanya tanggungjawab pemerintah. Masyarakat juga diharap turut ambil bagian di dalamnya. Orang tua memiliki peran penting dalam mendidik anak-anak mereka. Orang tua dapat memberikan contoh dan menjadi role model bagi anak-anak.
Sedangkan, masyarakat dan sekolah dapat menyediakan sumber daya pendidikan dan kemudahan akses ke berbagai bahan bacaan. Dengan demikian, kolaborasi antara orang tua, masyarakat, dan sekolah dapat membuahkan hasil yang maksimal.
Sumber: unsplash.com (CDC) |
Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Siswa Indonesia
Untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa Indonesia, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan:
[1] Menyediakan buku dan kegiatan yang menarik minat mereka di perpustakaan sekolah.
[2] Meningkatkan kualitas pendidikan dengan menyediakan sumber daya; dan mengembangkan kemampuan guru dalam mengajar
[3] Peran orang tua dalam mengontrol penggunaan gadget; serta pengawasan terhadap anak-anaknya (siswa)
[4] Menarik minat siswa terhadap buku, bercerita, dan berdiskusi tentang apa yang mereka sukai
[5] Memanfaatkan teknologi, seperti aplikasi perpustakaan digital; paper digital; dan e-book.
Baca juga:
Antara Buku Cetak dan Buku Digital Ebook, Mana yang Lebih Baik?
Kesimpulan
Kemampuan literasi siswa Indonesia masih menjadi tantangan yang harus diatasi. Namun, dengan solusi yang tepat dan peran aktif pihak sekolah, orang tua serta masyarakat, kita dapat mewujudkan masa depan cemerlang bagi generasi selanjutnya.
Referensi
https://www.oecd.org/en/publications/pisa-2018-results-volume-i_5f07c754-en.html
https://guruinovatif.id/artikel/6-literasi-dasar-yang-perlu-dikuasai-siswa
Penulis: Ifititaha Ziyana Zayadah
Editor: Maulana Hasan