Sharing is Caring: Perjalanan Magang Content Writer di Pustakawan Care

Daftar Isi [Tampil]


Pemikiran mahasiswa semester tengah itu kebanyakan berorientasi pada dua hal, lulus cepat atau dapat kerja cepat. Ada yang bilang sebabnya karena sedang berada di fase life-crisis alias bingung mau menentukan rencana masa depan. Begitu pula dengan saya, sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Informasi Perpustakaan semester empat, rasanya kurang lengkap kalau belum nyoba magang untuk menambah pengalaman.


black-and-silver-retractable-pen-on-blank-book


Melihat teman sekitar berlomba-lomba ningkatin skill, siapa yang nggak fomo coba? Nah, kalau biasanya fomo identik dengan perilaku yang kurang baik, saya justru merasa tertantang dengan kefomoan untuk mencoba daftar internship. Ibarat ikan ketemu umpan, saya yang pada saat itu sedang iseng cari info magang, eh malah ketemu pengumuman open internship dari Pustakawan Care.

 

Kesempatan Tidak Datang Dua Kali

Awalnya saya dihadapkan pilihan yang membuat bimbang, antara memilih magang mandiri di suatu instansi, atau mengisi liburan semester dengan kegiatan lain (misalnya, ikut bootcamp, lomba, atau sertifikasi). Namun, yang menjadi pertimbangan saya pada saat itu adalah bagaimana caranya agar saya bisa tetap membagi waktu untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) yang belum tuntas.


Pastinya bimbang, dong? Karena saya pribadi memasang prinsip akademi di atas segalanya. Jadi, ada target nilai yang harus saya penuhi. Tapi di lain sisi, saya juga mau curi start untuk menyusun portofolio dan Curriculum Vitae (CV) untuk keperluan kerja nantinya. Akhirnya, saya memutuskan untuk coba jalani keduanya, cari info magang sembari menuntaskan proyek ujian.


black-iphone-4-on-brown-wooden-table

Alhasil saat scroll media sosial, saya menemukan jawaban atas kebimbangan tersebut. Akun instagram Pustakawan Care yang sering membahas isu kepustakawanan ini lewat di beranda saya. Begitu melihat ada pengumuman buka magang content writer di Pustakawan Care, yang ada di pikiran saya cuma satu, “coba aja dulu kali, ya? Siapa tahu rezeki saya.”

 

Ternyata oh ternyata, takdir saya memang dibawa ke sana. Berbekal nekat dengan pengalaman menulis saya sejak SMP, yang notabene-nya di ranah fiksi, saya berani mendaftar posisi content writer tersebut. Singkat cerita, percobaan pertama dimudahkan dan lolos dalam sekali daftar. Saya diterima menjadi intern content writer Pustakawan Care.


Awal yang Mengubah Hidup

Belum pernah terbayangkan dalam hidup saya, ada magang yang menyediakan posisi nol pengalaman dan malah dibimbing sampai mahir. Umumnya, kriteria intern yang sering dibuka memiliki banyak persyaratan, tapi Pustakawan Care tampil beda.

 

Kesan pertama yang paling saya ingat betul adalah ketika sampai di tahap interview, saya masih salah menjelaskan perbedaan content writer dan copywriter. Padahal saya kira dari kesalahan paling dasar tersebut, saya dinyatakan gugur. Tapi rupanya masih diberi kesempatan untuk unjuk bakat menjadi content writer Pustakawan Care.

 

Niat Hati Cuma Magang, Ternyata Banyak Benefit yang Datang

Orang magang niatnya apa? Selain menambah kemampuan baru, pastinya ada benefit yang diincar dari program tersebut. Terhitung sebagai pengalaman pertama saya terjun ke dunia content writer, jelas saya tidak menaruh ekspektasi lebih. Ibarat kata, saya belum terlalu mahir dan masih butuh pengarahan.


Tapi lagi-lagi, Pustakawan Care berani beda. Setingkat magang jarak jauh, benefit yang dijelaskan di hari pertama meeting cukup bikin saya senyum-senyum. Kak Maulana Hasan, selaku salah satu founder platform Pustakawan Care menjelaskan bahwa para intern akan mendapatkan benefit seperti materi kepenulisan, bimbingan secara langsung, evaluasi di akhir minggu, sertifikat, latihan menyiapkan portofolio, bahkan pengalaman upload secara langsung tulisan ke website. Untuk ukuran magang unpaid, ini bikin ngiler sih.


black-smartphone-near-person

Meskipun magang hanya berlangsung dua bulan, saya sudah merasakan betul pengalaman menjadi content writer yang diberi target menulis tiap minggunya. Bisa dibilang, pressure minimal, nyaman maksimal. Bagaimana tidak? Di tengah kesibukan kuliah yang sudah mulai aktif kembali, segala penugasan ini diberikan secara fleksibel. Tenggat waktu setor artikel memang sudah ditentukan, tapi tetap menerima izin apabila terkendala.


Tidak hanya itu, skill kepenulisan saya diasah betul saat menjadi bagian magang di Pustakawan Care. Topik tulisan selalu berkaitan dengan literasi, informasi, kepustakawanan, perpustakaan, dan semacamnya. Frekuensi pengiriman artikel juga dimodel sedemikian rupa tidak menyulitkan intern, sehingga jumlah target tulisan bertambah secara bertahap seiring revisi yang diberikan.


Serangkaian benefit inilah yang menyemangati saya dalam proses magang. Harapannya, ilmu yang saya dapatkan saat magang ini dapat diterapkan di kemudian hari. Hal yang saya pelajari dari perjalanan panjang ini, bahwa berani mencoba dan mau belajar adalah dua tips utama untuk mewujudkan mimpi. 


Penulis: Zahwa Amalia Rabbani

Editor: Maulana Hasan