Mahasiswa ilmu perpustakaan nggak hanya belajar seputar buku dan perpustakaan saja. Nyatanya, ada banyak mata kuliah lain yang kelihatannya nggak nyambung dengan kepustakawanan semisal, teknologi informasi dan digitalisasi.
Dengan beragamnya mata kuliah yang ada, hal itu jelas berimbas pada topik skripsi ilmu perpustakaan. Sekarang, mahasiswa ilpus nggak bisa hanya bahas soal buku atau perpustakaan saja. Bahkan, sejak semester satu, dosen sering kali menyarankan saya dan teman-teman untuk mengambil topik skripsi yang masih jarang dikaji.
Sebenarnya, mengambil tema yang jarang dikaji adalah tantangan yang memberatkan. Gimana nggak, topik skripsi ilmu perpustakaan seperti bibliometrik itu masih sedikit referensinya. Mahasiswa jelas akan kesulitan dalam mencari rujukan. Terlebih memang, prodi ilmu perpustakaan tempat saya belajar, baru merayakan ulang tahunnya yang ke-7.
Namun, dengan iming-iming bisa lulus kurang dari empat tahun; ditambah kepribadian yang introvert; jadi saya nekat memilih topik bibliometrik tersebut. Mulanya saya merasa baik-baik saja, mengingat banyak dosen berkata bahwa proses penelitian dengan topik ini sangatlah cepat. Nahas, pada saat di lapangan, terjadi banyak hal di luar perkiraan.
Terbatasnya Sumber Referensi
Dikarenakan skripsi tentang bibliometrik itu masih langka di kampus, alhasil saya mengalami kesulitan. Di awal artikel ini, saya sudah bilang bahwa topik skripsi ilmu perpustakaan satu ini memang sedikit rujukannya. Pilihan sumber referensi yang ada sangat terbatas.
Padahal, di pedoman skripsi mesti ada penelitian kuantitatif, kualitatif, dan literatur review untuk jadi rujukan. Meskipun skripsi metode bibliometrik ini tergolong dalam penelitian kuantitatif, tapi pembahasannya jelas akan beda. Sekalinya nemu jurnal yang cocok, bahasanya pake bahasa inggris; atau kalau nggak gitu jurnalnya close acces.
Lulus Lebih Cepat? Mana Ada! Semua Salah Fakultas
Setiap kampus pasti menginginkan mahasiswanya lulus tepat waktu, bahkan kalau bisa lebih cepat dari standar biasa, yaitu 3,5 tahun. Namun, sedikit berbeda dengan kebijakan di fakultas saya. Beberapa tahun terakhir ini mahasiswa seluruh prodi yang dibawah fakultas tidak bisa melakukan akselerasi atau percepatan.
Meskipun mata kuliah skripsi hanya boleh diambil ketika semester 8, prodi ilmu perpustakaan membuat peraturan sendiri agar mahasiswa bisa lulus tepat waktu. Mahasiswa boleh mulai menyusun dan melakukan bimbingan sejak semester 7. Nggak jarang, di akhir semester 7 ada beberapa mahasiswa yang sudah selesai skripsian.
Walaupun begitu, mahasiswa yang skripsinya sudah beres, tetap nggak bisa akselerasi. Mau enggak mau, mereka harus menunggu satu semester lagi supaya bisa sidang. Padahal, beberapa teman-teman saya yang di fakultas lain bisa sidang di semester 7.
Yang jadi pertanyaan adalah,
"Jika di fakultas lain bisa sidang di semester 7, lalu kenapa di fakultas saya nggak bisa? Bukan kah kita masih sama-sama satu atap??"
Dospem Setengah Hantu: Suka Ilang-Ilangan
Salah satu masalah lainnya adalah komunikasi dengan dosen pembimbing. Dosen bisa tiba-tiba menghilang tanpa jejak dan nggak respon ketika dihubungi. Fenomena dosen ghosting begini sebenarnya masalah yang cukup umum. Walapun begitu, mahasiswa seringkali merasa diabaikan; dan kesulitan untuk mendapatkan bimbingan.
Padahal sejak diawal pertemuan, dospem sendiri yang mengatakan jika mahasiswa ingin bimbingan tinggal chat di grup saja. Saya pernah coba menghubungi, tapi tidak kunjung mendapat balasan. Jadi, di minggu berikutnya, saya coba lagi. Kali ini beliau memberikan jawaban: bahwa masih belum bisa karena masih banyak kerjaan lain.
Katanya, dospem saya ini sangat sibuk. Sekalinya ada waktu luang, biasanya di hari Jum’at, itu pun hanya dibatasi kurang lebih satu jam saja. Padahal, mahasiswa bimbingannya ini ada 15 orang. Jika terus-terusan begini, sikap beliau dapat memperlambat progres skripsi mahasiswanya.
Dospem saya ini terkenal cukup perfeksionis. Beliau tidak mudah memberikan ACC, terutama di bagian latar belakang (bab 1) topik skripsi ilmu perpustakaan. Buktinya, di akhir semester 7 ini masih banyak teman-teman satu bimbingan yang masih stuck bab 1. Bahkan, ada beberapa yang masih bingung menentukan judul. Padahal teman-teman satu angkatan lain udah pada ngolah dan analisis data.
Berkaca dari kasus ini, seandainya ada mahasiswa yang masih stuck di bab 1, jangan langsung menjudge jelek. Bisa jadi, kondisinya itu bukan murni sebab kelalaian atau kesalahannya sendiri. Kemungkinan, ada andil dari dospem yang sulit meng-ACC, tapi susah ditemui untuk bimbingan.
Itulah tadi beberapa keluh kesah saya dalam mengerjakan tugas akhir. Saran dari saya, jika dospem kalian sulit ditemui, kerjakan saja dulu sebisanya. Manfaatkan waktu yang ada untuk lanjut mencicil bab selanjutnya. Biar nantinya tidak terlalu keteteran.
Penulis: Salma Farikha
Editor: Maulana Hasan