Putu Laxman Pendit: Fondasionalis Ilmu Perpustakaan Indonesia

Daftar Isi [Tampil]

Penulis: Laili Sofia Putri, Pustakawan Care


Putu Laxman Sanjaya Pendit atau yang biasa disapa Pak Putu, lahir di Jakarta pada 3 September 1959. Beliau lahir dari pasangan Ni luh Putu Murtini dan Nyoman Suwandi Pendit. Ayahnya merupakan seorang jurnalis, sastrawan, dan budayawan Hindu. Sedangkan sang ibu menekuni karir sebagai pustakawan ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan di UI tahun 1964-1966.


Putu Laxman Pendit
sumber: LinkdIn/Putu Laxman Pendit

Sebelum mengikuti jejak ibunya, Putu pada awalnya sudah terjun di bidang lain. Beliau menyelesaikan pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Publisistik, lalu menjadi dosen dan menggeluti bidang jurnalistik. Hampir mirip dengan perjalanan Lasa Harsana yang juga memulai karirnya dari S1 Sastra Arab


Karir Putu Laxman Pendit di Dunia Perpustakaan

Tipping point perubahan visi pada Putu Laxman Pendit terjadi ketika melanjutkan studi S2 di Inggris. Kampus yang menjadi tempat belajar Putu di waktu itu adalah Loughborough University of Technology. Beliau berkuliah di bidang perpustakaan dan informasi, hal yang diminatinya sejak lama.


Selama masa studi, Putu Laxman dikabarkan suka melakukan perjalanan di Eropa. Dari perjalanan tersebut, Putu melihat bahwa perpustakaan sangatlah penting. Di tempat-tempat yang telah dilaluinya, dia melihat bahwa perpustakaan adalah sarana bagi sebuah negara untuk mencerdaskan bangsa. 


Kondisi tersebut sangat berbanding terbalik di Indonesia waktu itu. Putu Laxman Pendit memandang kondisi dunia perpustakaan di zaman Orde Baru dibayang-bayangi oleh berbagai masalah seperti langkanya SDM profesional dan pengawasan ketat serta birokratisasi lembaga pemerintahan negara.


Pasca kembali dari Inggris, Putu Laxman meninggalkan karirnya di bidang jurnalistik dan berpindah haluan ke bidang akademik. Beliau lebih memilih peran sebagai pengajar/dosen di Jurusan Ilmu Perpustakaan UI (1988 sampai 2004). Padahal karirnya di bidang kewartaan saat itu sudah cukup mapan. 


Membangun Fondasi Ilmu Perpustakaan di Indonesia

Dilansir dari laman ISPII, pada forum bedah buku Pustaka: Tradisi dan Kesinambungan di Perpusnas Kamis (12/09/2019). Ada sebuah analogi menarik yang mengatakan bahwa:


 "Jika Bu Murtini Pendit yang memetakan, lalu Pak Sulistyo-Basuki yang membuka lahan, kemudian Pak Putu lah yang membangun fondasinya."


Analogi tersebut didasarkan pada pengalaman Putu Laxman yang telah lama mendalami isu fundamental ilmu perpustakaan sejak 1992. Pembicara lain pada acara itu, Purwanto Putra juga menyampaikan persetujuannya dengan mengatakan bahwa buku Pustaka: Tradisi dan Kesinambungan karya pak Putu bisa disandingkan dengan Pengantar Ilmu Perpustakaan karya Pak Sulis. 


Niat dan usaha Putu Laxman dalam mengembangan Ilmu Perpustakaan tak hanya tercermin di buku saja. Bersama Sulistyo-Basuki, beliau bekerjasama mendirikan S2/Magister pertama bidang Perpustakaan di UI pada 1993. Banyak pihak menentang dan meragukan gagasan keduanya. Namun, semua itu sepadan karena di kemudian hari banyak magister yang lahir dari sana; menyebar luas; dan mendirikan jurusan ilmu perpustakaan lain di berbagai daerah. 


Dalam sebuah wawancara oleh ABC Indonesia, Putu Laxman menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya. Beliau merasa senang karena cita-citanya telah tercapai. Dengan bertebarannya pendidikan di bidang perpustakaan, keinginan beliau agar SDM di perpustakaan memiliki kualitas terbaik telah terwujud.  


Putu Laxman Pendit juga turut andil dalam pengembangan perpustakaan digital. Beliau mengabdikan dirinya melalui tulisan-tulisan dan buku. Di antara buku yang beliau tulis yakni, Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia, Perpustakaan Digital: dari A sampai Z, dan Perpustakaan Digital: Kesinambungan dan Dinamika.


Sisi Lain Putu Laxman Pendit

Di perkuliahan, para mahasiswa mengenal Putu Laxman sebagai orang yang memiliki dua sisi kontras. Sisi pertama, beliau dikenal sebagai dosen favorit. Namun di suatu waktu dapat menjadi sosok yang sangat serius jika sudah membahas hal-hal berbau ilmiah; menggunakan bahasa yang terkadang sulit dipahami oleh mahasiswa waktu itu. Sisi Kedua, beliau adalah penulis yang cukup gila, nakal, dan kritis (provokatif). Opini-opinya kerap kali menjadi bahan perbincangan di kalangan pemerhati perpustakaan. 


Dari kedua sisi tersebut, kita bisa melihat bahwa sosok Putu Laxman Pendit memang sangat peduli pada dunia perpustakaan. Jikalau tidak, untuk apa beliau mengabdikan diri bertahun-tahun di bidang akademik, dan menulis berbagai opini yang mengkritisi kepustakawanan itu sendiri. 


Selain dikenal sebagai seorang akademisi, Putu Laxman juga memiliki bakat lain di bidang musik sebagai komposer. Hal ini diungkap melalui channel YouTube #Anton Alimin – Diaspora Interview & Oral History (link di referensi). Di antara karya pak Putu diantaranya, Perlaya, Topeng, dan Sebuah Tanya di Purnama. 


Putu Laxman sudah memainkan musik sejak masa sekolah menengah. Beliau menggubah puisi-puisi yang dibuat oleh teman-temannya untuk dijadikan lagu. Hobinya tersebut lalu semakin tersalurkan dengan bantuan teknologi software. Namun, menurutnya hal ini hanya bentuk kemudahan dari teknologi sehingga hasil karyanya tidak dikomersilkan.


Dipecat dari UI dan Menetap di Melbourne

Pada tahun 2007, Putu Laxman Pendit diberhentikan secara tidak hormat dari UI. Hal itu tentu menjadi pertanyaan kita semua. Mengapa orang yang telah begitu banyak berjasa bagi perkembangan Ilmu Perpustakaan bisa memperoleh perlakukan tersebut?


Putu Laxman Pendit
sumber: kompas.com

Dalam sebuah wawancara oleh ABC Indonesia, Putu Laxman menyampaikan kronologi pemberhentian dirinya dari UI.


Semua bermula ketika dia melanjurkan studi doktoral ke RMIT (Royal Melbourne Institute of Technology) di Australia. Tujuannya tak lain adalah untuk mendidikan jenjang S3 perpustakaan di Indonesia. Namun, saat kembali pulang, Putu menghadapi reaksi penolakan dari UI waktu itu. 


Rencana Putu untuk mendirikan pendidikan double-degree kurang diterima. Alasannya adalah karena kerjasama yang dijalin dengan RMIT terkesan kurang menguntungkan Indonesia. 


Di waktu yang hampir bersamaan, pemerintah Australia memberikan status permanent residence pada Putu dan Keluarga. Hal tersebut menimbulkan dilema pada dirinya. Di satu sisi, UI mengharuskan Putu untuk hadir di Indonesia dan mengabdi sebagai dosen. Di sisi lain, Putu juga tidak mau melewatkan kesempatan tinggal di negeri Kangguru terutama demi masa depan anak-anaknya. 


Sempat ada negosiasi dan diskusi di antara kedua pihak. Namun, tidak ditemukan jalan tengah pada permasalahan tersebut. Sehingga, UI mau tidak mau mengambil keputusan untuk memberhentikan Putu Laxman Pendit secara tidak hormat pada 2007. Walaupun demikian, Putu masih tetap menjadi dirinya yang peduli pada dunia perpustakaan baik di Indonesia, maupun di luar negeri. 


Referensi

ABC Indonesia. (2021, 24 Juli). Putu Laxman Pendit: Doktor Perpustakaan Indonesia di Australia. ABC.net.au. Diperoleh dari https://www.abc.net.au/indonesian/2021-07-24/putu-laxman-pendit-doktor-perpustakaan-indonesia-di-australia/100314686


JPNN.com. (n.d.). Putu Laxman Pendit, Doktor Perpustakaan yang Tidak Dapat Tempat di Indonesia? Diperoleh dari https://m.jpnn.com/news/putu-laxman-pendit-doktor-perpustakaan-yang-tidak-dapat-tempat-di-indonesia?page=2


Media Indonesia. (2024, 27 Mei). Mengenal Tokoh Pustakawan Indonesia dan Luar Negeri. Media Indonesia. Diperoleh dari https://mediaindonesia.com/humaniora/683152/mengenal-tokoh-pustakawan-indonesia-dan-luar-negeri


Narniarainz. (2007, 18 November). Tiga "Putu" yang Memikat. Narniarainz Blog. Diperoleh dari http://narniarainz.blogspot.com/2007/11/tiga-putu-yang-memikat.html


Perpustakaan Digital Universitas Diponegoro. (2012, 18 Juni). Putu Laxman Pendit. Digilib Undip. Diperoleh dari https://digilib.undip.ac.id/2012/06/18/putu-laxman-pendit/


Rahmawati, A. (2021). Perkembangan Perpustakaan Digital dalam Pemikiran Putu Laxman Pendit dan Abdul Rahman Saleh. ResearchGate. Diperoleh dari https://www.researchgate.net/publication/357468410_PERKEMBANGAN_PERPUSTAKAAN_DIGITAL_DALAM_PEMIKIRAN_PUTU_LAXMAN_PENDIT_DAN_ABDUL_RAHMAN_SALEH


Penulis: Laili Sofia Putri, Pustakawan Care

Editor: Maulana Hasan