Prosesku Mengembangkan Perpustakaan Sekolah Selama Satu Semester

Daftar Isi [Tampil]

Tidak terasa, sudah satu semester aku menjadi pustakawan sekolah di salah satu SMP boarding school di Bandung. Dimana para siswa di sini tinggal di asrama yang disediakan sekolah. Bekerja di lingkungan yang seperti ini tentu saja membawa tantangannya sendiri. Khususnya karena karakteristik siswa yang berbeda dari pelajar pada umumnya. Hal ini dikarenakan lingkungan sekolah-asrama yang menerapkan aturan bahwa setiap siswa tidak boleh membawa alat komunikasi seperti handphone.

Prosesku Mengembangkan Perpustakaan Sekolah Selama Satu Semester

Inilah Inovasi yang Aku Buat

Dan disini, aku akan membagikan pengalaman aku mengembangkan perpustakaan di boarding school tersebut. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi bagi para pembaca sekalian dalam membangun perpustakaan sekolah. Berikut adalah 7 program yang kugagas selama satu semester bekerja di sana.

(1) Mengeluarkan Buku Paket Sekolah dari Perpustakaan

Hal ini aku lakukan karena koleksi buku paket hanya memenuhi rak perpustakaan saja. Selain itu, buku paket tersebut pun jarang atau bahkan tidak pernah dibaca oleh siswa. Sehingga, aku putuskan untuk hanya menyimpan per satu eksemplar dari tiap judulnya di rak.

(2) Program 100 Days Go To The Library Challenge

Sejujurnya, program ini terinspirasi dari salah satu program di perpustakaan sekolah luar negeri. Isi dari “Program 100 Days Go To The Library Challenge” ini adalah para siswa dapat mengumpulkan poin dari hasil membaca dan meminjam buku di perpustakaan. Poin tersebut nantinya dapat ditukarkan dengan snack.

Kemudian, untuk kartunya sendiri aku terinspirasi dari berbagai brand yang mengajak customer untuk mengumpulkan stamp. Lewat tantangan atau Challenge ini, aku berhasil menarik minat siswa yang sebelumnya tidak pernah membaca di perpustakaan untuk selalu berkunjung ke perpustakaan.

(3) Membuat Bookdrop Perpustakaan

Latar belakang mengapa aku membuat Bookdrop di perpustakaan, adalah karena banyak siswa yang terlambat mengembalikan buku. Pada saat itu, koleksi masih minim, sehingga banyak siswa yang mengantri untuk meminjam buku. Oleh karena itu, aku membuat bookdrop agar pemustaka bisa lebih mudah mengembalikan buku.

Bookdrop ini aku tempatkan di depan pintu perpustakaan, sehingga di hari libur pun siswa bisa mengembalikan buku. Awalnya, bookdrop ini hanya berupa lemari nakas biasa saja. Kemudian, aku hias semenarik mungkin untuk menarik minat siswa agar bisa mengembalikan koleksi tepat waktu.

(4) Recreation Corner

Tujuanku membuat Recreation Corner tak lain adalah untuk memenuhi salah satu fungsi perpustakaan yakni, rekreasi. Mainannya sendiri terdiri dari mainan edukasi bertemakan keislaman. Program ini sukses menarik minat siswa untuk datang ke perpustakaan. Recreation Corner menjadi salah satu alternatif hiburan bagi siswa karena mereka dilarang membawa mainan ke lingkungan asrama.  

(5) Pemanfaatan Majalah Dinding Sekolah

Dikarenakan siswa tidak diperbolehkan membawa handphone, maka sebagai alternatifnya, aku memaksimalkan mading sebagai sarana promosi perpustakaan. Promosi buku baru di majalah dinding serta pengumuman untuk segera mengembalikan buku. Kuakukan secara rutin setiap bulannya.

(6) Melakukan Analisis Kebutuhan Pemustaka

Dilakukan sekaligus di seluruh angkatan kelas 7, 8, dan 9 di satu hari. Tujuanku mengadakan analisis kebutuhan pemustaka ini adalah supaya aku memiliki acuan dalam melakukan pengembangan koleksi; dan agar pengadaan buku sesuai dengan kebutuhan pemustaka.

Menurutku, hal terpenting ketika menjadi pustakawan adalah mengetahui karakteristik dari pemustakanya.  Dengan mengenali siapa mereka maka kita bisa tahu apa yang mereka butuhkan. Dengan harapan, ketika kita memenuhi kebutuhan mereka, para siswa mau dan tertarik untuk sering berkunjung ke perpustakaan.

(7) Menerapkan Otomatisasi Perpustakaan Melalui SLiMS

Kegiatan ini dilakukan selama 3 bulan, mulai dari ekspor data ke SLiMS; pemberian label dan barcode buku; penyampulan buku dengan plastik; hingga penyimpanan koleksi di rak–shelving. Selama proses berlangsung, aku tetap membuka layanan sirkulasi walau masih manual. 

Inspirasi ada di mana saja 

Untuk mencari ide inspirasi, aku biasa mencarinya di instagram dan pinterest. Di instagram, aku biasa referensi bagaimana perpustakaan sekolah di luar negeri dikelola; baik itu akun pustakawannya sendiri ataupun akun yang khusus membahas tentangi perpustakaan. Sedangkan di pinterest, aku biasa memasukkan keyword “school library” untuk melihat foto-foto yang berisi berbagai contoh program kreatif yang telah dilakukan di perpustakaan sekolah di luar negeri.

Dukungan dari Sekolah Sangat Berperan Penting

Kreatifitas dan ide dari pustakawan tentu sangat penting dalam mengembangkan perpustakaan. Namun, ada yang tidak kalah penting dari itu yakni dana dan dukungan dari pihak sekolah (dukungan dari Kepala Sekolah dan Kepala Perpustakaan). Semua program yang aku buat di atas, tidak akan dapat terealisasi tanpa adanya kedua hal tersebut. Dari berbagai pengalaman pustakawan sekolah yang pernah kudengar, kebanyakan dari mereka selalu mengalami kesulitan pada pendanaan dan kurang didukung oleh pihak sekolah. 


Penulis: Nadya Ramadhanti

Editor: Anggi Atmaya

Atribusi Penulis - Nadya Ramadhanti